Wednesday, July 1, 2020

Jenis dan Cara Mencegah Penyakit Pada Sapi

1. Moh Fahim Ridho     (19103310037)

2. Elsa Nanda Sari        (19103310038)

3. Kirana Anggraeni P. (19103310039)

4. Sasvia Candra D. (19103310040)

5. Septa Riandani (19103310041)

 



JENIS DAN CARA MENCEGAH PENYAKIT PADA SAPI


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Penyakit yang sering menyerang sapi adalah Bloat atau tympani. Bloat atau tympani merupakan penyakit alat pencernaan yang disertai penimbunan gas dalam lambung akibat proses fermentasi berjalan cepat. Pembesaran rumenoretikulum oleh gas yang terbentuk,  bisa dalam bentuk busa persisten yang bercampur isi rumen (kembung primer) dan gas bebas yang terpisah dari ingesta (kembung sekunder).Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan dibagian dada seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi membesar ke samping.

Ada beberapa factor penyebab bloat atau kembung perut, yaitu faktor primer, faktor sekunder, dan factor individu. Factor primer terjadi akibat  fermentasi makanan yang berlebihan dan hewan tidak mampu mengeluarkan gas, akibatnya terjadi akumulasi gelembung gas. Factor sekunder berupa gangguan fisikal pada daerah esophagus oleh benda asing, stenosis atau tekanan dari perluasan jalan keluar esophagus. Factor individu terjadi ketika ternak dalam keadaan bunting atau dalam kondisi kurang baik. Selain itu, faktor penyebab nya juga karena warisan genetik. Artinya memang dari keturunan-keturunan sebelumnya sapi mempunyai riwayat penyakit tersebut.

Jenis-jenis penyakit pada sapi sangat banyak. Iklim di Indonesia yang berbeda dengan luar negeri yang beriklim sub tropis, sangat berpengaruh pada kondisi sapi. Berbeda dengan sapi jenis lokal yang sudah terbiasa dengan iklim di Indonesia. Virus dan bakteri yang hidup dapat mengkontaminasi sapi lewat udara. Pengetahuan peternak akan penyakit pada sapi harus luas.

Jika ada penyakit yang menyerang pasti juga ada cara pencegahannya. Peternak juga harus memahami cara pencegahan penyakit pada sapi agar tidak terjadi hal fatal. Hal ini juga akan menjadi pengalaman dan sumber ilmu baru  bagi peternak yang baru merintis usaha baru.

1.2  Rumusan Masalah

Makalah ini memiliki tiga rumusan masalah. Adapun ketiga rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.

a.         Apa saja jenis-jenis penyakit pada sapi?

b.        Bagaimana cara mencegah penyakit pada sapi?

c.         Bagaimana cara mengobati penyakit pada sapi?

1.3  Tujuan

Makalah ini memiliki tiga tujuan. Ketiga tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

a.         Menjelaskan jenis-jenis penyakit pada sapi.

b.        Menjelaskan cara mencegah penyakit pada sapi.

c.         Menjelaskan cara mengobati penyakit pada sapi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.   Jenis-Jenis Penyakit pada Sapi

2.1.1.      Penyakit Antraks (Radang Limpa)

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang dapat menukar melalui kontak langsung, makanan atau minuman, dan pernapasan. Penyakit ini bias menyerang semua sapi dari berbagai tingkatan umur dan sangat berbahaya karena menular dengan cepat dan bersifat zoonis (bias menular pada manusia). Serangan penyakit ini ditandai dengan gejala sebagai berikut.

1.      Demam tinggi, badan lemah, dan gemetar.

2.      Terjadi gangguan pernapasan dan sering mengeluarkan darah dari hidung

3.      Terjadi pembengkakan pada kelenjar dada, leher, dan alat kelamin, serta badan dipenuhi bisul.

4.      Kadang-kadang darah berwarna merah hitam keluar dari telinga, mulut, anus, dan vagina.

5.      Kotoran ternak cair (diare) dan sering bercampur darah.

6.      Ketika dilakukan pembedahan, limpa bengkak dan berwarna kehitaman.

2.1.2.      Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau Apthae Epizootica (AE)

Penyakit mulut dan kuku termasuk penyakit mematikan yang disebabkan oleh Rhinovirus. Virus ini sangat labil dan cepat berubah bentuk. Selain itu, juga dapat menular ke ternak lain dengan cepat melalui kontak langsung dengan air kencing, air susu, air liur, dan benda lain yang tercemar kuman AE. Namun, penyakit mulut dan kuku tidak dapat menular ke manusia.

Infeksi penyakit ini ditandai dengan gejala seperti berikut.

1.      Rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh, serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan bening.

2.      Sapi yang terinfeksi tampak pincang atau tidak bias berjalan akibat kukunya bengkak.

3.      Deman atau panas badan tinggi, kemudian menurun drastic.

4.      Nafsu makan menurun, bahkan ridak mau makan sama sekali.

5.      Air liur keluar berlebihan.

Penyakit ngorok atau mendengkur adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan dan disebabkan oleh infeksi bakteri Pasturella multocida dan atau Pasteurella haemoyitica. Penyakit yang juga dikenal dengan sebutan shipping fever ini biasanya menyerang sapi-sapi muda, dengan kisaran umur 6-24 bulan. Sapi yang terserang terutama yang baru saja mengalami perjalanan jauh, saat musim j]hujan atau musim dingin. Bakteri ini dapat menular melalui makanan dan minuman yang tercemar.

Berikut ini gejala serangan penyakit ngorok pada sapi.

1.      Kulit kepala dan selaput lender lidah membengkak, serta berwarna merah dan kebiruan.

2.      Terjadi peradangan pada daerah sinus, faring, laring, trakea, dan bronkia.

3.      Leher, anus, dan vulva membengkak.

4.      Paru-paru meradang.

5.      Pada pembedahan setelah kematian, selaput lender usus dan perut menjadi asam serta berwarna merah tua.

6.      Badan demam atau panas tinggi.

7.      Sulit bernapas sehingga mengeluarkan suara seperti orang ngorok.

8.      Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu 12-36 jam.

9.      Nafsu makan berkurang.

10.  Mulut berbuih dan menganga terus.

2.1.4.      Penyakit Radang Kuku atau Kuku Busuk (Foot Root)

Penyakit ini biasanya menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang kotor. Penyebabnya adalah Fusiformis necrophorus. Mikroba ini bias bertahan hidup selama bertahun-tahun di celah kuku sapi tanpa menyebabkan penyakit yang mengkhawatirkan. Tanpa ada luka pada tubuh bagian bawah, mikroba ini sebenarnya tidak menyebabkan penyakit yang membahayakan. Bila sapi seirng digembalakan di padang rumput dan tubuh bagian bawah mengalami perlukaan, mikroba bias masuk ke dalam tubuh dan bias menimbulkan penyakit yang membahayakan.

Gejala seperti berikut.

1.      Awalnya, di sekitar celah kuku dan di sekitar tumit membengkak, mengeluarkan cairan putih keruh, dan mengeluarkan bau tidak sedap.

2.      Kulit kuku mengelupas.

3.      Tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit.

4.      Sapi pincang dan akhirnya bias lumpuh.


2.1.5.      Leptospirosis

Penyakit leptospirosis adalah penyakit menukar yang sangat berbahaya. Penyebabnya adalah infeksi Leptospira Pomona sp. Dan Leptospira gripothyposa  yang dibawa oleh caplak (Dermacentor marginalis). Penularan bisa terjadi melalui kontak langsung antarsapi, maupun lewat pakan atau pernapasan (udara). Sapi-sapi yang dipelihara dengan istem kereman biasanya banyak terserang penyakit ini akibat kandang yang terlalu sempit. Sapi yang terserang penyakit ini ditandai dengan terjadinya penurunan berat badan secara drastic yang disertai demam (panas tinggi), penurunan kadar Hb, dan keguguran pada sapi betina yang sedang bunting.


2.1.6.      Salmonellosis

Salmonellosis tergolong penyakit menular berbahaya yang ditularkan oleh Salmonella thypimurium dan atau Salmonella dublin. Tanpa pemisahan antara sapi yang sakit dan sapi yang sehat, dalam waktu singkat semua sapi bisa tertular. Penularan  bisa melalui kontak badan secara langsung maupun melalui air liur, udara, pakan, dan kotoran.

Penyakit ini menyerang sapi-sapi dari segala tingkatan umur, termasuk sapi-sapi pada usia pertumbuhan. Penyakit ini jarang menimbulkan kematian., tetapi penurunan berat badan yang drastic berpotensi menyebabkan kerugian besar pada sebuah usaha penggemukan sapi potong. Ciri utama dari infeksi penyakit ini sebagai berikut.

1.      Terjadi penurunan berat badan drastis.

2.      Terjadi kerusakan mukosa usus akibat berkembangnya bakteri Salmonella di tempat tersebut.

3.      Akibat lanjutannya adalah diare yang bercampur darah.

2.1.7.      Tuberkulosis

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis atau Mycobacterium bovis. Selain penurunan berat badan secara terus-menerus, tidak ada tanda-tanda klinis yang bisa dideteksi secara kasat mata. Satu-satunya cara untuk memastikan bahwa sapi terserang tuberculosis adalah dengan penyuntikan tuberculin PPD. Jika reaksinya positif, berarti sapi potong positif terserang tuberculosis. Apabila penyakit ini dibiarkan tanpa diobati, bisa menyebabkan kematian.

Pembedahan bangkai setelah kematian menunjukkan tanda-tanda klinis seperti berikut.

1.      Banyak terbentuk benjolan di beberapa bagian saluran pernapasan, terutama bagian mesenterium dan bronki.

2.      Pada sapi yang sudah mengidap penyakit ini selama bertahun-tahun, benjolan bahkan bisa menyerang seluruh organ dalam tubuhnya.


2.1.8.      Enterotoksemia

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Clostridium perfringens yang memproduksi racun di dalam tubuh sapi. Penyakit ini tidak menular, tetapi bisa menyebabkan kematian mendadak akibat konsentrasi racun dalam darah sapi semakin pekat. Tanda-tanda fisik yang terlihat pada sapi-sapi yang terserang penyakit ini adalah terjadinya kejang otot yang frekuensinya semakin sering. Bila tidak segera ditangani, akan terjadi kejang otot selama 1-2 jam tanpa jeda sampai akhirnya sapi mengalami kematian.


2.1.9.      Anaplasmosis

Anaplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa parasite Anaplasma yang bisa menyerang semua ternak ruminansia. Dua spesies yang sudah dikenal adalah Anaplasma marginale dan Anaplasma central. a. marginale bersifat pathogen dan lebih sering menyerang sapi-sapi di bawah umur 6 bulan, terutama yang dipelihara dengan pola kereman. Stress karena transportasi yang cukup jauh ataupun kekurangan pakan juga merupakan pemicu berkembangnya penyakit ini. Pada kondisi ini, angka kematian bisa mencapai 50%.

Gejala yang tampak pada sapi-sapi yang terserang penyakit ini seperti berikut.

1.      Terjadi demam atau panas tinggi dan ternak terlihat stress.

2.      Pemeriksaan sampel darah secara periodic memperlihatkan keberadaan Anaplasma yang konsentrasinya semakin meningkat.

3.      Penurunan nafsu makan dan anemia.

4.      Penurunan berat badan mencapai 10% dalam waktu satu minggu.


2.1.10.  Trypanosomiasis

Penyakit ini secara lokal disebut surra. Penyebabnya adalah protozoa Trypanosoma evansi yang ditularkan melalui gigitan lalat dari genus Tabanus. Infeksi dalam waktu lama menyebabkan penurunan berat badan, anemia, serta kembung di bagian dada dan perut. Pada infeksi lama, kaki belakang menjadi pincang. Hal ini bisa mengakibatkan cara berjalan sapi-sapi menjadi sempoyongan. Serangan yang lebih kronis menyebabkan sapi sering berputar-putar akibat kesulitan dalam menjaga keseimbangan berat badan. Lama-kelamaan sapi bisa lumpuh. Diagnosis yang akurat bisa dilakukan dengan penemuan Trypanosoma evansi dalam sampel darah.

2.1.11.  Paramphistomiasis

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cacing Paramphistomum cervi yang menyerang rumen. Infeksi yang berkelanjutan menyebabkan kerusakan dan pengerutan pada mukosa usus. Peradangan akut pada usus dan abomasum (lambung bagian belakang) adalah akibat lanjutan dari infeksi cacing ini. Siput (Gyraulus convexiusculus) dikenal sebagai pembawa cacing ini.

2.1.12.  Fascioliasis

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cacing Fasciola hepatica atau Fasciola gigantica, yang biasa disebut dengan cacing daun. Caing-cacing ini bersifat parasit serta menyerang hati dan saluran empedu. Gangguan fungsi hati dan kerusakan saluran empedu adalah akibat lanjutan ari infeksi yang tidak ditangani secara serius. Kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi cacing-cacing ini sangat besar, mengingat parasite ini menyedot zat-zat gizi yang seharusnya diubah menjadi daging. Penggunaan bahan pakan yang bergizi tinggi bisa tidak berguna apabila keberadaan cacing parasit ini tidak diberantas tuntas.

2.1.13.  Cacing Nematoda

Nematode yang menyerang sapi adalah Haemochus contortus dan Mecistocium digitatus yang menyerang abomasum, serta Cooperia sp., Bunostomum sp., dan Nematodirus sp.ematodirus sp. yang menyerang usus besar. Infeksi cacing-cacing ini menyebabkan radang lambung dan usus, serta anemia, karena biasanya diikuti pendarahan. Gangguan yang ditimbulkan biasanya tidak berakhir pada kematian, tetapi dapat menurunkan laju pertambahan berat badan. Bahkan, sapi yang digemukkan justru menurun berat badannya.

2.1.14.  Scabies

Penyakit ini biasanya disebabkan oleh sengatan tungau yang mengakibatkan gatal-gatal dan dermatitis (radang kulit). Saat ini dikenal 4 jenis tungau penyebab scabies yaitu Sarcoptes, Demodex, Chorioptes, dan Psoroptes. Rasa gatal yang ditimbulkan sangat mengganggu aktivitas sapi, dan dalam taraf yang lebih tinggi bisa menyebabkan turunnya nafsu makan.

2.1.15.  Caplak

Caplak adalah sejenis serangga yangs erring kali menggigit kulit sapi sambil menghisap darah. Yang berbahay bukanlah gigitan caplak. Namun, sering kali gigitan itu sekaligus membawa kuman penyebab penyakit seperti anaplasmosis. Setidaknya ada dua jenis caplak, yaitu caplak keras (Ixodidae) dan caplak lunak (Argasidae). Caplak keras seperti Boophilus microphus menyerang bagian-bagian tubuh tersembunyi seperti lipatan kulit leher, lipatan kulit paha, kaki, dan bagian bawah ekor. Sementara itu, caplak lunak seperti Otobius megnini biasanya berparasit di lubang telinga.

2.1.16.  Keguguran Menular (Brucellosis)

Penyebab penyakit keguguran menular adalah bakteri Brucella abortus bang. Bakteri ini merusak alat reproduksi, yakni radang pada dinding Rahim, janin, beserta selaput lendirnya dan ambing. Akhirnya dapat menyebabkan keguguran (abortus) pada sapi yang bunting tua (bunting 5-8 bulan). Penularan penyakit ini melalui kontak kawin, luka, makanan, dan minuman.

Gejalanya seperti berikut.

1.      Keguguran pada pertengahan kebuntingan.

2.      Anak yang gugur biasanya mati atau kalau hidup sangat lemah.

3.      Ambing dan kemaluan kadang-kadang bengkak.

4.      Pada sapi jantan sering terdapat peradangan pada buah pelirnya.

2.1.17.  Kembung perut (Bloat)

Penyebab kembung perut karena gas di dalam perut tertimbun tidak dapat keluar akibat gangguan pencernaan seperti terlalu banyak makan rumput muda atau daun kacang-kacangan yang masih basah.

Gejalanya seperti berikut.

1.      Perut sebelah kiri atas menggembung besar dan pada bagian ini bila dipukul dengan tangan akan berbunyi seperti drum.

2.      Sulit bernafas dan sapi terhuyung-huyung atau sebentar-sebentar berdiri dan berbaring.

3.      Sapi tak mau makan.

 

2.1.18.  Borok atau Kudis

Penyebab penyakit borok atau kudis, karena sapi kotor dan jarang dimandikan.

2.2 Cara Mencegah Penyakit Pada Sapi

2.2.1.      Menggunakan Kandang Karantina

Sapi-sapi yang baru didatangkan dari luar daerah sebaiknya dimasukkan kedalam kandang karantina sebelum dimasukkan kedalam kandang pemeliharaan.

2.2.2.      Melarang Impor Sapi Atau Daging Sapi Dari Negara Yang Tidak Bebas PMK

Salah satu masalah yang saat ini sedang di hadapi oleh pemerintah Indonesia adalah adanya impor daging illegal dari India.

2.2.3.      Vaksinasi Berkala

Beberapa penyakit pada sapi potong yang disebabkan oleh virus saaat ini sudah bisa dicegah dengan vaksinasi. Misalnya, Anthrax, Jembrana, dan Septicaemiya Epizootica. 

2.2.4.      Pemberian Obat Cacinng Secara Berkala

Pada saat sapi-sapi mulai dimasukkan kedalam kandang untuk digemukkan, obat cacing sudah harus diberikan untuk mencegah pemborosan pakan.

2.2.5.      Menjaga Kebersihan Lingkungan

Berbagai bakteri, virus, dan kuman penyakit lain tidak menyukai tempat yang bersih.



BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Kesimpulan dari makalah ini yaitu diketahuinya jenis-jenis penyakit, cara mencegah penyakit, dan cara mengobati penyakit pada sapi. Agar peternak bisa menjaga kesehatan hewan ternaknya.

3.2 Saran

            Seharusnya para peternak,terutama peternak sapi lebih mempelajari dan mengetahui jenis-jenis penyakit sapi,cara mencegah penyakit dan mengobati penyakit sapi. Supaya usaha peternakan yang dikelolanya menjadi lebih baik dan optimal.